Berita

"NYADRAN"

Nyadran merupakan salah satu tradisi yang masih lekat dalam kehidupan masyarakat Desa Meteseh. Nyadran dikenal juga dengan nama Ruwahan, karena dilakukan pada bulan Ruwah. Tradisi Nyadran berdasarkan sejarahnya merupakan suatu akulturasi budaya jawa dengan islam. Nyadran dilakukan oleh masyarakat pada bulan Sya’ban (Kalender Hijriyah) atau Ruwah (Kalender Jawa) untuk mengucapkan rasa syukur yang dilakukan secara kolektif dengan mengunjungi makam atau kuburan leluhur. Pada tahun ini dilaksanakan pada Hari Jum'at Kliwon, 12 Ruwah 1957 Jumawal bertepatan dengan 23 Februari 2024 dan 13 Sya'ban 1445 H.

Nyadran dimaksudkan sebagai sarana mendoakan leluhur yang telah meninggal dunia, mengingatkan diri bahwa semua manusia pada akhirnya akan mengalami kematian, juga dijadikan sebagai sarana guna melestrikan budaya gotong royong dalam masyarakat sekaligus upaya untuk dapat menjaga keharmonisan bertetangga melalui kegiatan kenduri (makan bersama).

Tradisi Nyadran terdiri dari berbagai kegiatan, yakni

  • Melakukan besik, yaitu pembersihan makam leluhur dari kotoran dan rerumputan. Dalam Kegiatan ini masyarakat dan antar keluarga saling bekerjasama gotong-royong untuk membersihkan makam leluhur.
  • Doa, Pemangku Adat memimpin kegiatan doa bersama yang ditujukan kepada roh leluhur yang sudah meninggal.
  • Kenduri dan Tasyukuran, setelah dilakukan doa bersama kemudian dilanjutkan dengan makan bersama. 

Tata cara pelaksanaan tradisi nyadran tidak hanya sekedar ziarah ke makam leluhur tetapi juga terdapat nilai-nilai sosial budaya seperti gotong royong, pengorbanan, ekonomi, menjalin silaturahmi, dan saling berbagi antar masyarakat Desa Meteseh. 

Share :